Thursday, April 21, 2011

James Arthur Gosling, Bapak Java yang Jadi Buronan


“Pertanyaan tentang mengapa saya pergi—meninggalkan Sun Microsystems—adalah hal sulit untuk dijawab: Apapun yang saya katakan, jika saya jujur dan sesuai faktanya, justru akan lebih banyak membawa keburukan daripada kebaikan.”

Kalimat itu adalah salam perpisahan James Arthur Gosling saat meninggalkan Sun Microsystems setelah perusahaan itu dibeli oleh Oracle. Ini merupakan momen yang mengguncang bagi banyak pihak karena Gosling adalah “Bapak Java”, bahasa pemrograman yang menjadi milik Sun yang paling berharga.

Namun, perginya Gosling seharusnya sudah bukan kejutan lagi bagi banyak orang, terutama mereka yang tahu seperti apa Gosling dan seperti apa Sun. Dalam sebuah wawancara dengan Computer Business Review, Gosling mengatakan akan terjadi “prahara budaya” jika Sun bergabung dengan perusahaan IT lain.

Ketika itu Gosling membicarakan kemungkinan dibelinya Sun oleh IBM. “Sudah pasti akan ada prahara budaya. Kami jelas jauh lebih ajaib dari mereka. Kami tumbuh dari segerombolan hippies, bahkan nyaris lengkap dengan hiasan bunga di rambut,” tuturnya.

Rupanya, “prahara budaya” itu punya dampak lebih besar saat Sun akhirnya dibeli oleh Oracle. Gosling adalah tokoh besar ketiga yang meninggalkan Sun pasca- ­akuisisi, sebelumnya pendiri Sun, Scott McNealy dan CEO Sun, Jonathan Scharz telah lebih dulu hengkang.

Bagai Buronan

Namun Gosling pergi meninggalkan api yang membara. Ia pun bagai seorang buronan politik yang meninggalkan negaranya, senantiasa membuat kritikan pedas pada yang terjadi di tempat asal.
Kritikan Gosling pada Oracle cukup luas, termasuk sindiran pada Larry Ellison pendiri dan bos besar Oracle. “Dia (Larry) adalah seseorang yang membuat bulu kudukku merinding,” sebut Gosling dalam sebuah wawancara dengan e-Week. Di blog pribadinya, Gosling meng­adopsi sebutan LPOD (Larry, Prince of Darkness) bagi Ellison. Sebutan itu menurut Gosling bukanlah karangan dirinya, melainkan sebuah sebutan yang memang sudah banyak beredar di Internet.

Gosling merasa Oracle, dan terutama Ellison, terlalu banyak mengatur hal-hal kecil di Sun. Ia pun pesimis Java akan berjalan pada rel Open Source yang sesung­guhnya dan dilepaskan ke komunitas, di bawah kendali Oracle.
Hal itu yang mendorong Gosling membuat kampanye nekat menjelang pertemuan tahunan JavaOne di San Francisco. Ia merancang sebuah kaos yang intinya mendesak Oracle agar Java segera dibebaskan. Kaos itu bertuliskan ‘Just Free It’, lengkap dengan maskot Java dan tulisan lainnya.

Salah satu versi “nakal” dari kaos kampanye itu adalah gambar wajah Ellison dan tulisan, “We’re long past 1984. It’s time to set Java Free!” (1984 sudah lama lewat, saatnya membebaskan Java!). Kaos itu merujuk pada novel 1984 karya George Orwell dan iklan legendaris Apple yang menggunakan simbol-simbol serupa dari novel itu.

Dari Mana Asal Nama Java?

James Gosling, bapak bahasa Java, mencoba mengingat-ingat kembali asal-usul nama Java sampai bisa digunakan. Berikut adalah e-mail yang dikirimkan Gosling pada Jonathan Schwartz, salah satu eksekutif Sun (CEO pada 2008 – 2010), yang kemudian diterbitkan Schwartz dalam blognya.

Dari: James Gosling

Tanggal: 24 Agustus 2007; 8:16:58 PM PDT

Untuk: Jonathan Schwartz

Judul: Dari Mana Asal Nama Java?

Ceritanya seperti ini:

Kami butuh sebuah nama. Sebelumnya kami menggunakan ‘oak’ (yang pada dasarnya dipilih oleh saya secara asal saja) dan meskipun tim sudah akrab dengan nama ini, para pengacara trademark mencoret nama itu. Kami pun banyak bertukar e-mail mendebatkan nama yang cocok, tapi tak pernah ada kesimpulannya. Sampai kami ada di posisi yang ganjil. Alasan nomor satu kami tidak bisa merilis produk ini hanya gara-gara belum punya nama.

Orang marketing kami kenal seseorang yang bekerja sebagai ‘konsultan merek’ (Saya tidak ingat namanya, tapi orangnya hebat). Kami waktu itu tidak punya uang dan waktu untuk melalui proses penamaan produk yang konvensional. Akhirnya orang itu setuju melakukan hal di luar kebiasaan, tapi efektif dan cepat, ia menjadi fasilitator dalam sebuah rapat yang mengumpulkan sekitar selusin anggota tim di dalam sebuah ruangan, pada suatu sore.

Ia memulai dengan menanyakan pertanyaan seperti “Perasaan apa yang ditimbulkan dari ‘benda ini’? (Jawab: semangat!) “Hal apa lagi yang bisa membuat Anda merasa begitu?” (Java!).

Pada akhirnya, melalui proses itu, kami mengisi papan tulis dengan serombongan nama yang pada dasarnya adalah kata-kata acak saja. Ia lalu menggiring kami dalam sebuah proses penyortiran yang menempatkan kata-kata itu pada sebuah daftar berurutan.

Daftar tersebut, berisi sekitar selusin kandidat nama, akhirnya kami kirimkan ke para pengacara: mereka mulai dari yang paling atas, mencocokkan nama yang lolos pencarian merek dagang.


‘Java’ adalah nama di urutan keempat dalam daftar itu. Nama pertama adalah ‘Silk’, yang saya benci tapi orang lain suka. Favorit saya adalah ‘Lyric’, nomor tiga dalam daftar, tapi ternyata tidak lolos uji para pengacara. Saya tak ingat kandidat nama lainnya apa saja.

Jadi, siapa yang menamai Java? Rapatnya digelar oleh marketing, dijalankan oleh konsultan, dan ada segerombolan engineer yang meneriakkan kata-kata acak. Sejujurnya, saya tidak yakin siapa yang pertama mengatakan ‘Java’, tapi sepertinya itu adalah Mark Opperman.

Satu hal yang pasti, tak ada ‘otak cerdas’ marketing yang menggunakan proses berpikir yang runut dalam membuat nama itu.

Gilanya, Gosling berkeliaran di dekat gelaran JavaOne dengan menggunakan kaos itu. Ia juga berusaha agar pendukung Java mengenakan kaos Just Free It di acara tersebut agar Ellison dan konco-konconya tahu yang diinginkan komunitas.

Namun, keinginan Gosling tak terwujud, kebanyakan engineer yang ditemui Gosling mengatakan mereka memiliki kaos itu namun tak mampu untuk menge­nakannya saat JavaOne. “Rupanya, salah satu yang berpameran (di JavaOne) memiliki sekotak kaos “Just Free It” yang sempat dibagikan di booth mereka, sampai hal itu dihentikan oleh thought police,” ujar Gosling, lagi-lagi merujuk pada novel 1984.

Mad Scientist

Dari penampilan fisiknya, Gosling sangat cocok dengan tipikal “mad scientist” alias profesor jenius yang sedikit gila. Pria kelahiran 19 Mei 1955 ini memiliki rambut botak di depan, gondrong di belakang, plus brewok abu-abu yang senantiasa meme­nuhi wajahnya.

Gosling mengembangkan Java selama karirnya di Sun Microsystems yang dimulai pada 1984 dan berakhir pada 2010. Pada 1994, Gosling membuat rancangan asli Java dan menerapkan compiler serta virtual machine pertama bahasa pemrograman tersebut.

Talenta Gosling pada dunia pemrograman telah lama dipupuk. Ia mendapatkan gelar B.Sc (sarjana) bidang Ilmu Komputer dari University of Calgary pada 1977. Kemudian pada 1983, ia meraih Ph.D (doktor) di bidang yang sama dari Carnegie Mellon University.

Tak sekadar “makan” bangku kuliah, se­lama periode itu, Gosling menulis beberapa piranti lunak seperti Gosmacs (versi Emacs buatannya sendiri) serta sebuah sistem operasi Unix multi-prosesor, beberapa compiler dan mail systems.


Di Sun Microsystems, Gosling termasuk salah seorang generasi awal yang menghuni Sun Labs, sebuah fasilitas riset terapan yang dibuat oleh Sun. Sebagai seorang Distinguished Engineer (semacam gelar yang diberikan Sun pada engineer ngetop mereka) Gosling me­ngepalai sebuah divisi yang diberi judul “Imagination”.

Keterangan foto: Generasi Awal James Gosling berpose bersama “generasi awal” tim Sun Microsystems Lab pada tahun 1990.

Dari Sun Labs, Gosling akhirnya melahirkan Java. Ia bersama dengan Mike Sheridan dan Patrick Naughton mulai menggarap proyek itu pada Juni 1991, awalnya bahasa yang mereka buat dinamai Oak, gara-gara sebuah pohon Oak yang tumbuh di luar kantor Gosling.

Setelah Oak, nama Green sempat melekat pada bahasa pemrograman itu, sebelum akhirnya menjadi Java. Istilah Java di kalangan developer saat itu dikenal sebagai salah satu sebutan untuk kopi.

Oracle vs Google

Kepergian Gosling dari Oracle, pascaakui­sisi Sun, disebabkan oleh beberapa faktor. Esensi dari faktor itu adalah: pertama, Gosling tak merasa cukup dihargai sebagai seorang peneliti senior dan “Bapak Java”. Oracle menempatkan Gosling dalam posisi yang sulit dengan potongan penghasilan yang cukup besar dan tak adanya level “Fellow” di Oracle.

Faktor berikutnya, Oracle menurut Gosling telah mengambil alih kendali pada Java. Ia dan tim merasa tak lagi punya kekuatan untuk mengambil keputusan apapun.

Dan terakhir, Gosling merasa bagai sebuah boneka karena peranannya di Oracle adalah menjadi simbol, maskot, dan juru bicara seputar Java. Hal ini, ujar Gosling dalam sebuah wawancara di eWeek, tidak cocok dengan sifatnya.
Setelah keluar, Gosling pun melihat langkah “terburuk” Oracle ketika perusahaan itu akhirnya menuntut Google terkait penerapan Java pada Android. Oracle menuding Google melakukan pelanggar­an hak paten, termasuk di antaranya adalah paten atas nama Gosling.

“(Kejadian itu) bukan kejutan besar. Pada saat rapat penggabungan Sun dan Oracle, ketika kami ditanyai soal situasi paten antara Sun dan Google, kami bisa melihat kilatan di mata para pengacara Oracle. Mengajukan gugatan paten tak pernah ada dalam kode genetik Sun. Sial.” tulis Gosling dalam blog pribadinya, tak berapa lama setelah Oracle mengajukan tuntutannya pada Google.

Di satu sisi, Gosling tidaklah membela Google. Ia merasa, pada saat masih di Sun, ada hal-hal yang dilakukan Google lewat Android yang tidak pas dengan seleranya. Termasuk dalam hal ini fragmentasi platform Android dan masalah komersialisasi.

Di sisi lain, ia merasa Oracle mengambil langkah yang salah dengan melakukan perang di pengadilan. Gosling masih i­ngat betapa beratnya terlibat dalam tuntutan paten dari IBM terhadap Sun di masa-masa awal. Ia juga terlibat dalam kasus Anti-Trust Microsoft yang sama-sama membuatnya banyak kehilangan waktu dan produktivitas.

“Tak ada pihak ‘bertopi putih’ dan tak bersalah dalam drama ini. Pertarungan ini bukanlah soal paten atau bahasa pemrograman. Tuntutan itu lebih soal ego, uang, dan kekuasaan,” tukas Gosling.

INFO

Nama: James Arthur Gosling

Lahir: 19 Mei 1955 di Calgary, Alberta, Canada

Pendidikan: Carnegie Mellon University (Ph.D) dan University of Calgary (Bsc)

Gelar: Officer of the Order of Canada

Pekerjaan: Pengangguran (mantan VP dan Fellow di Sun Microsystems)

Prestasi: Dikenal sebagai ‘Bapak’ Bahasa Java.

Dikutip dari www.chip.co.id